POTRET MAJELIS TA’LIM
Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas UTS mata kuliah “Manajemen Majelis Ta’lim”
Dosen
Pembimbing :
Hj., Mastanah, M.SI
Disusun Oleh :
Siti
Khoeriyah :
1112053100033
JURUSAN MANAJEMEN HAJI DAN UMROH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU
KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada
Allah SWT yang telah memberikan begitu banyak nikmat kepada penulis sehingga pennulis dapat menyelesaikan tugas ini. Shalawat serta salam selalu
tercurahkan kepada suri teladan kita nabi Muhammad SAW, kepada keluarga,
sahabat, dan kita selaku umatnya hingga akhir zaman nanti.
Penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada dosen Manajemen Majelis Ta’lim karena atas
arahan dan bimbingannya, juga kepada semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan
tugas ini tepat pada waktunya. Dan harapan Penulis tentunya
adalah tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua pada umumnya
dan bagi Penulis sendiri pada khususnya. Semoga tugas ini dapat
membantu kita dalam memahami mata kuliah Manajemen Majelis Ta’lim.
Depok, 01 November
2014
Penul
TUGAS 1
PENGERTIAN MANAJEMEN MAJELIS TA’LIM
Majelis taklim merupakan lembaga pendidikan tertua dalam Islam. Walaupun dahulu tidak disebut majelis taklim, namun pengajian Nabi
Muhammad SAW berlangsung secara sembunyi-sembunyi. Di zaman Madinah, ketika Islam
telah menjadi kekuatan nyata dalam masyarakat. Nabi Muhammad SAW duduk di
Masjid Nabawi untuk memberikan pengajian kepada para sahabat yang dalam sejarah
terkenal dengan Ashabus Shufa telah mengkhususkan dirinya untuk mendekati
Nabi untuk mendapatkan pelajaran lebih banyak lagi. Tradisi Nabi semacam ini kemudian diteruskan oleh para sahabat, tabi'in, tabi' tabi'in dan seterusnya sampai generasi sekarang.
1.
Pengertian Manajemen
Menurut asal katanya, manajemen berasal dari
bahasa Inggris yaitu management dari kata kerja to manage yang artinya
mengurus, mengatur, melaksanakan dan mengelola.[1]
Berikut ini akan dijelaskan beberapa definisi manajemen menurut para ahli,
diantaranya:
a. Menurut George R. Terry
Manajemen adalah merupakan sebuah proses yang khas, yang
terdiri dari tindakan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan
yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah
ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.[2]
b. Menurut M. Manulang
Mendefinisikan manajemen sebagai seni dan ilmu perencanaan,
pengorganisasian, penyusunan, pengerahan dan pengawasan sumber daya untuk
mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.[3]
c. Menurut Sondang P Siagian
Manajemen adalah seni memperoleh hasil melalui berbagai
kegiatan yang dilakukan oleh orang lain.[4]
Kesimpulan dari definisi-definisi diatas
bahwa, manajemen yaitu aktivitas mengatur, mengarahkan, memimpin suatu kelompok
orang untuk bekerja sama dalam suatu organisasi untuk mencapai suatu tujuan
yang telah ditetapkan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.
2.
Pengertian Majelis Ta’lim
Majelis taklim berasal dari dua suku kata, yaitu kata majlis dan kata ta’līm. Dalam bahasa Arab kata majlis (مجلس)
adalah bentuk isim makan (kata tempat) dari kata kerja jalasa (جلس)
yang berarti tempat duduk, tempat sidang, dan dewan(Munawwir, 1997:
202). Dengan demikian majelis adalah tempat duduk melaksanakan pengajaran
atau pengajian agama Islam (Redaksi Ensiklopedi, 1994: 120). Sedangkan kata ta’līm (تعليم)
dalam bahasa Arab merupakan masdardari
kata kerja ‘allama (علم)
yang mempunyai arti pengajaran (Redaksi Ensiklopedi, 1994: 1035).
Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa majelis adalah pertemuan atau
perkumpulan orang banyak atau bangunan tempat orang berkumpul (Depdikbud RI,
1999:615).[5]
Dengan demikian majelis taklim dapat dipahami sebagai suatu
institusi dakwah yang menyelenggarakan pendidikan agama yang bercirikan
non-formal, tidak teratur waktu belajarnya, para pesertanya disebut jamaah, dan
bertujuan khusus untuk usaha memasyarakatkan Islam (Siregar & Shofiuddin, 2003:
16). Secara sederhana dapat dikatakan bahwa majelis taklim adalah wadah atau
tempat berlangsungnya kegiatan belajar dan mengajar atau pengajian pengetahuan
agama Islam (Tim Editor, 2007: 237) atau tempat untuk melaksanakan
pengajaran atau pengajian agama Islam.
3.
Pengertian Manajemen Majelis Ta’lim
Istilah manajemen majelis ta’lim terdiri dari
dua komponen yaitu manajemen dan majelis ta’lim. Sebagaimana pengertian
manajemen dan majelis ta’lim diatas, maka penulis mencoba untuk merumuskan
pengertian manajemen majelis ta’lim yaitu sebuah proses perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang diterapkan oleh lembaga non
formal Islam untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan dengan
menggunakan sumber-sumber daya yang ada.
TUGAS 2
KEPEMIMPINAN
A.
Pengertian Kepemimpinan
Dalam suatu organisasi, kepemimpinan merupakan
salah satu faktor utama yang mendukung kesuksesan organisasi dalam mencapai
tujuan. Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai proses mempengaruhi suatu
kelompok yang terorganisasi untuk mencapai tujuan bersama. Berikut ini akan
dijelaskan beberapa definisi menurut para ahli, diantaranya yaitu:[6]
1.
George R. Terry (yang dikutip dari Sutarto,
1998 : 17)
Kepemimpinan adalah hubungan yang
ada dalam diri seseorang atau pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerja
secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Kepemimpinan sebagai perpaduan perangai
yang memungkinkan seseorang mampu mendorong pihak lain menyelesaikan tugasnya.
3.
Kartini Kartono (1994 : 48)
Kepemimpinan itu sifatnya
spesifik, khas, diperlukan bagi satu situasi khusus. Sebab dalam suatu kelompok
yang melakukan aktivitas¬aktivitas tertentu, dan mempunyai suatu tujuan serta
peralatan¬peralatan yang khusus. Pemimpin kelompok dengan ciri-ciri
karakteristik itu merupakan fungsi dari situasi khusus.
Dari beberapa
definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan
kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan
tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus
dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi
atau kelompok.
Ciri-ciri
|
Otoriter
|
Laissez Faire
|
Demokratis
|
Situasional
|
|
a. Wewenang mutlak berada pada pimpinan
b. Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan
c. Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan
d. Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan
e. Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para
bawahan dilakukan secara ketat
f. Prakarsa harus selalu berasal dari pimpinan
g. Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan
atau pendapat
h. Tugas-tugas dari bawahan diberikan secara instruktif
i. Lebih banyak kritik dari pada pujian
j. Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat
k. Pimpinan menuntut kesetiaan tanpa syarat
l. Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman
m. Kasar dalam bersikap
n. Tanggung jawab dalam keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan
|
a. Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan
b. Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan
c. Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan
d. Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan
e. Kepentingan pribadi lebih penting dari kepentingan kelompok
f. Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan
g. Hampir tidak ada pengawasan terhadap tingkah laku
h. Prakarsa selalu berasal dari bawahan
i. Hampir tidak ada pengarahan dari pimpinan
j. Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok
k. Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh perseorangan
|
a. Wewenang pimpinan tidak mutlak
b. Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan
c. Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
d. Komunikasi berlangsung timbal balik
e. Pengawasan dilakukan secara wajar
f. Prakarsa datang dari bawahan
g. Banyak kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan saran dan pertimbangan
h. Tugas-tugas dari bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan daripada
instruktif
i. Pujian dan kritik seimbang
j. Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas
masing-masing
k. Pimpinan kesetiaan bawahan secara wajar
l. Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak
m. Tercipta suasana saling percaya, saling
hormat menghormati, dan saling menghargai
n. Tanggung jawab keberhasilan organisasi ditanggung secara bersama-sama.
|
a. Supel atau luwes
b. Berwawasan luas
c. Mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan
d. Mampu menggerakkan bawahan
e. Bersikap keras pada saat tertentu
f. Berprinsip dan konsisten terhadap suatu masalah
g. Mempunyai tujuan yang jelas
h. Bersikap terbuka bila menyangkut bawahan
i. Mau membantu memecahkan permasalahan bawahan
j. Mengutamakan suasana kekeluargaan
k. Berkomunikasi dengan baik
l. Mengutamakan produktivitas kerja
m. Bertanggung jawab
n. Mengutamakan kepentingan bersama
o. Mau menerima saran dan kritik dari bawahan
p. Mengetahui kelebihan dan kekurangan bawahan
q. Mau memberikan tanggung jawab kepada bawahan
|
A.
Kesimpulan:
1. Perbedaan masing-masing gaya
a. Dimulai dari gaya kepemimpinan yang otoriter atau
otokrasi. Pemimpin dalam gaya kepemimpinan ini dapat dikatakan sebagai
pengendali semua kegiatan. Pemimpin memaksakan kehendaknya pada anggotanya, sehingga
seluruh anggota harus selalu mengikuti apapun yang diperintahkan oleh pemimpin. Gaya kepemimpinan ini cocok untuk anggota yang memiliki kompetensi
rendah tapi komitmennya tinggi.
b. Sedangkan gaya kepemimpinan laissez faire, pemimpin
cenderung pasif dan menyerahkan seluruh tugas kepada anggota. Anggota diberikan
kebebasan sepenuhnya dalam melaksanakan segalanya sehingga tidak terkontrol. Gaya kepemimpinan ini cocok untuk angggota yang memiliki kompetensi dan
komitmen tinggi.
c. Adapun
gaya kepemimpinan demokratis, anggota lebih mempunyai peranan lebih besar. Karena disini
pemimpin memberikan kebebasan untuk para anggota untuk berpendapat dan dalam
menyelesaikan suatu masalah. Pemimpin dalam gaya kepemimpinan ini hanya
bertugas mengarahkan, membimbing, dan mengawas. Gaya kepemimpinan ini cocok untuk anggota yang memiliki kompetensi tinggi dengan
komitmen yang bervariasi.
d. Dan yang terakhir gaya kepemimpinan situasional, pemimpin dalam gaya
kepemimpinan ini bertindak dengan melihat kondisi dan situasinya terlebih
dahulu. Sehingga suatu tindakan dapat berjalan diluar rencana karena dilihat
dari situasi. Gaya kepemimpinan ini cocok untuk anggota yang memiliki kompetensi sedang dengan
komitmen yang bervariasi.
2. Kelebihan dan kekurangan
a. Otoriter
Kelebihan model kepemimpinan ini ada di pencapaian
prestasinya. Tidak ada satupun tembok yang mampu menghalangi langkah pemimpin
ini. Ketika dia memutuskan suatu tujuan, itu adalah harga mati, tidak ada
alasan, yang ada adalah hasil. Langkah – langkahnya penuh perhitungan dan
sistematis, Ketepatan serta ketegasan dalam pembuatan keputusan dan bertindak
sehingga untuk sementara mungkin produktivitas dapat naik, keputusan dapat diambil secara cepat dan mudah dilakukan pengawasan.
Kekurangan Suasana kaku, tegang,
mencekam, menakutkan sehingga dapat berakibat lebih lanjut timbulnya ketidak
puasan. Merusak moral, meniadakan inisiatif, menimbulkan permusuhan,
agresivitas, keluhan, absen, pindah, dan tidak puas, Pemimpin yang
otoriter tidak menghendaki rapat atau musyawarah, setiap perbedaan diantara
anggota kelompoknya diartikan sebagai kelicikan, pembangkangan, atau
pelanggaran disiplin terhadap perintah atau instruksi yang telah
diberikan inisiatif dan daya pikir anggota sangat dibatasi, sehingga tidak
diberikan kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya dan pengawasan
bagi pemimpin yang otoriter hanyalah berarti mengontrol, apakah segala
perintah yang telah diberikan ditaati atau dijalankan dengan baik oleh
anggotanya.
b.
Laissez Faire
Kelebihan, Keputusan
berdasarkan keputusan anggota, Tidak ada
dominasi dari pemimpin.
Kekurangan, Pemimpin
sama sekali tidak memberikan control dan koreksi terhadap pekerjaan
bawahannya, Pembagian tugas dan kerja sama diserahkan sepenuhnya kepada
bawahannya tanpa petunjuk atau saran – saran dari pemimpin. Dengan demikian
mudah terjadi kekacauan – kekacauan dan bentrokan – bentrokan, Tingkat
keberhasilan anggota dan kelompok semata – mata disebabkan karena kesadaran dan
dedikasi beberapa anggota kelompok, dan bukan karena pengaruh dari pemimpin.
c. Demokratis
Kelebihan gaya
kepemimpinan demokratis dapat menampung aspirasi dan keinginan bawahan sehingga
dapat menumbuhkan rasa memiliki terhadap organisasi pada umumnya dan pekerjaan
pada khususnya. Kelemahan
gaya kepemimpinan yang demokratis cenderung menghasilkan keputusan yang disukai
daripada keputusan yang tepat.
Kekurangan dari
kepemimpinan demokratis adalah, karena di sini seorang pemimpin memberikan
kesempatan dan hak yang seluas-luasnya kepada para stafnya, maka mereka
memiliki banyak sekali pendapat yang berbeda,sehingga pemimpin
sulit menentukan pendapat yang sesuai dengan anggota yang tidak menyetujui
kesepakatan forum yang ada, maka terkadang terjadi suatu konflik atau
perdebatan antara anggota forum dengan sehingga Proses pengambilan
keputusan akan memakan waktu yang lebih banyak serta sulitnya pencapaian
kesepakatan.
d. Situasional
Kelebihan dari
kepemimpinan ini yaitu improvisasi dengan suatu keadaan, sehingga dapat sesuai
dengan kondisinya.
Kekurangan, butuh waktu
untuk memikirkan tindakan apa yang akan diambil dan pada akhirnya berjalan
diluar rencana.
B.
Implementasi gaya-gaya tersebut pada MT di
Indonesia
Berdasarkan gaya-gaya kepemimpinan yang telah
dijelaskan diatas, maka menurut penulis pemimpin yang paling cocok untuk diterapkan
di majelis ta’lim adalah orang yang
bertipe kepemimpinan situasional. Karena pemimpin dengan tipe ini akan dengan
mudah diterima oleh jama’ah yang pada kenyataannya sangat beragam. Jama’ah
memerlukan seorang pemimpin yang dapat mengayomi dan tidak kaku, sehingga
pembicaraannya pun dapat diterima oleh lapisan sosial mana pun.
TUGAS 3
POTRET MAJELIS TA’LIM NURULMUBTADI-IEN (MTNM)
A.
Sejarah Berdirinya MTNM
Majelis ta’lim ini didirikan pada tahun 2007, yang
diprakarsai oleh Ust. Drs. Moh. Hariruddin. Beliau adalah salah seorang tokoh
masyarakat yang memiliki perhatian besar terhadap kondisi masyarakat khususnya
para pemuda-pemudi calon penerus bangsa terhadap agama Islam. Melihat kegiatan
para pemuda yang hanya duduk atau nongkrong-nongkrong tidak jelas setiap
harinya, maka dari situlah ust. Harir jadi memiliki inisiatif untuk mengubah
kegiatan para remaja-remaja itu menjadi suatu kegiatan yang bermanfaat yaitu
mengaji.
Awalnya majelis ini hanyalah pengajian biasa yang
diadakan rutin di rumah kediaman Ust. Drs. Moh. Hariruddin. Kegiatannya pun
hanya pengajian qur’an. Dan saat itu santrinya baru ada 7-10 orang. Yang
kemudian meningkat dengan adanya kesadaran para orang tua yang ingin menitipkan
anak-anaknya untuk belajar mengaji pula. Semakin bertambahnya santri dan
melihat tempat yang kurang mencukupi, akhirnya pada tahun 2009 dibuatlah sebuah
gedung yang memang dikhususkan untuk kegiatan para santri. Adapun keuangannya
saat itu di dapat dengan cara mengedarkan lis atau mendatangi rumah para
donatur. Singkat cerita, usai gedung ini dibangun kemudian diberi nama Majelis
Ta’lim Nurul Mubtadi-ien (MTNM).
B.
Program MTNM
Beberapa
program yang tersedia di MTNM diantaranya yaitu:
1.
Program Harian
Kegiatannya
yaitu meliputi sholat berjama’ah, pengajian qur’an dan pengajian kitab.
2.
Program Mingguan
Kegiatannya
yaitu meliputi pembacaan yasin dan rawi yang diadakan setiap hari Kamis
(malam).
3.
Program Tahunan
Kegiatannya
yaitu meliputi PHBI (Peringatan Hari Besar Islam).
C.
Struktur Pengurus MTNM periode 2014-2015
Pengasuh : Ust.
Drs. Moh. Hariruddin
Ketua : Wahyu
Hidayat
Wakil Ketua : Imam
Dahuri
Sekretaris I :
Lukluil Azizah
Sekretaris II : Abu
Dzar al-Ghifari
Bendahara I : Doni
Guntara
Bendahara II : Moh. Qori
Hikmawan
Sie. Keamanan : Sie. Perlengkapan :
1.
Misbahul H 1. Reza P
2.
Rahadi 2. Rehan
3.
Bagus S 3. Dika
4.
Jay Rony 4. Rizki
5.
Sarah SM 5. Fajar
6.
Asri F
Sie.
Kebersihan : Sie. Kesenian :
1. Abdul Hadi 1. Ahmad F
2. Taufik H 2. Agus Salim
3. Ahmad A 3. Rosyana
4. Melani O 4. Khusnul K
5. Friska 5. Anis Munika
6. Devi R
Sie. Humas : Sie. Umum :
1. Afif Anggara 1.
Sukma
2. Gilang R 2.
Sofyan
3. Suci R 3.
Naven Prayoga
4. Meta Wati
D. Rancangan Kegiatan Operasional
(RKO)
A. Perkiraan Program Majelis Taklim
Perkiraan adalah suatu prediksi tentang kemugkinan-kemungkinan yang
akan terjadi pada masa yang akan datang. Perencanaan majelis ta’lim itu sendiri
terbagi menjadi perencanaan harian, perencanaan mingguan, perencanaan dwimingguan,
perencanaan bulanan. Perencanaan tahunan, perencanaan hari hari besar. Berikut
penjelasannya:
·
Perencanaan
Harian, agendanya antara lain:
-
2 kali pertemuan secara rutin untuk pengajian
atau pembahasan materi-materi islam dan pengkajian kitab-kitab untuk bapak-bapak
dan ibu-ibu.
-
4 kali pertemuan untuk pengajian qur’an dan
pengkajian kitab untuk anak-anak dan remaja.
·
Perencanaan Mingguan, agendanya antara lain:
- Acara
mingguan yaitu diisi dengan kegiatan Muhadloroh dan pembacaan yasin, ratib rawi.
·
Perencanaan
Dwimingguan, agendanya antara lain:
- Adanya kegiatan ekstrakulikuler seperti seni baca Al-Qur’an, kaligrafi, seni
hadroh, qasidah dan marawis.
·
Perencanaan
bulanan, agendanya antara lain:
-
Bakti
Sosial: menyantuni anak yatim piatu, fakir miskin dan jompo di sekitar
lingkungan majelis taklim.
-
Istighosah
·
Perencanaan
tahunan. Agendanya antara lain:
- Pesantren kilat
- Lomba akhir tahun
- Ziarah mengunjungi makam wali
·
Perencanaan
PHBI ( Peringatan Hari Besar Islam ) dilaksanakan guna memeriahkan dan
mengenang hari-hari bersejarah Islam seperti Maulid Nabi,
Isro’ Mi’roj dan Tahun baru Islam 1 Muharrom.
B. Menetapkan Tujuan
Tujuan adalah hasil akhir yang ingin dicapai oleh sebuah
organisasi. Misalnya, terciptanya individu masyarakat yang bertaqwa kepada
Allah SWT, mengembangkan Bakat dan menambah pengetahuan serta wawasan,
terciptanya kondisi kehidiupan kemasyarakatan yang baik melalui aktualisasi
potensi umat untuk kejayaan islam dan umat islam.
Visi:
-
Melestarikan
Nilai-Nilai Klasik Yang Baik
dan Mengambil
Nilai-Nilai Baru Yang Lebih Baik
Misi:
- Menciptakan
Generasi Yang Berakhlakul Karimah
- Berilmu
Intelektual
- Mau
Mengerjakan Perintah Dan Menjauhi Larangan Allah Swt
Tujuan:
-
Terciptanya individu masyarakat yang bertaqwa
kepada Allah SWT
-
Mengembangkan Bakat dan menambah pengetahuan
serta wawasan
-
Terciptanya kondisi kehidupan kemasyarakatan
yang baik melalui aktualisasi potensi umat untuk kejayaan islam dan umat islam.
C. Penentuan Program
Program adalah rancangan-rancangan kegiatan yang akan dilakukan
oleh sebuah organisasi di dalam program juga ditentukan mana yang harus lebih
dulu di prioritaskan. Tujuannya yakin menggerakan kelembagaan islam secara
efektif, sehingga menanamkan dan memupuk akidah islamiyah serta menjalankan
syariat islamiyah. Maka yang harus di prioritaskan adalah kegiatan pengajian
rutin untuk membentuk mental jamaah agar senantiasa istiqomah di jalan Allah
dan menerapkan apa yang di ajarkan ke dalam kehidupan sehari-hari.
·
Perencanaan
Harian, agendanya antara lain:
-
2 kali pertemuan secara rutin untuk pengajian
atau pembahasan materi-materi islam dan pengkajian kitab-kitab untuk bapak-bapak
dan ibu-ibu yang dipimpin oleh guru kita Ust. Drs. Moh. Hariruddin.
-
4 kali pertemuan untuk pengajian qur’an dan
pengajian kitab untuk anak-anak dan remaja. Agar pengajian bisa dilakukan
dengan rapi dan teratur, maka pada saat pengajian qur’an diterapkanlah sistem
bagi kelompok seperti kelompok iqra dipisah dengan kelompok al-Qur’an. Untuk
yang al-Qur’an diajarkan langsung oleh guru kita Ust. Drs. Moh. Hariruddin,
sedangkan yang iqra bisa dibantu diajarkan juga oleh santri yang sudah
al-Qur’an. Adapun pengajian kitab tetap diajarkan oleh Ust. Drs. Moh.
Hariruddin.
·
Perencanaan Mingguan, agendanya antara lain:
- Acara
mingguan yaitu diisi dengan kegiatan Muhadloroh dan pembacaan yasin, ratib dan rawi. Untuk kegiatan ini bisa
dilakukan dengan pembuatan jadwal petugas bergilir. Karena dalam kegiatan
muhadloroh ini tidak hanya sekedar acara berpidato saja, tetapi ada susunan
acara lainnya seperti pembacaan qur’an, shalawat dustur, hiburan, dan lainnya
sehingga membutuhkan jadwal agar seluruh santri dapat merasakan dan terlatih
bagaimana bertugas membaca qur’an, shalawat dustur dan lainnya, termasuk menjadi
MC nya. Begitu pula dengan kegiatan pembacaan yasin, ratib dan rawi di malam
jum’at sama seperti kegiatan muhadhoroh.
·
Perencanaan
Dwimingguan, agendanya antara lain:
- Adanya kegiatan ekstrakulikuler seperti seni baca Al-Qur’an, kaligrafi,
seni hadroh, qasidah dan marawis.
·
Perencanaan
bulanan, agendanya antara lain:
-
Bakti
Sosial: menyantuni anak yatim piatu, fakir miskin dan jompo di sekitar
lingkungan majelis taklim.
-
Istighosah
Kegiatan ini dilakukan bersama-sama di majelis dengan
dipimpin oleh Ust. Drs. Moh. Hariruddin. Agar seluruhnya bisa mengikuti, maka
disarankan malamnya untuk menginap di Majelis.
·
Perencanaan
tahunan. Agendanya antara lain:
- Pesantren kilat
Kegiatan ini diadakan setiap hari libur
sekolah di bulan Ramadhan. Yang kegiatannya
itu sama seperti yang dilakukan di pesantren-pesantren pada umumnya,
yaitu seperti shalat berjama’ah, mengaji kitab, menghafal, buka puasa bersama,
dan lain sebagainya.
- Lomba akhir tahun
Kegiatan ini diadakan setahun sekali di akhir
tahun. Acaranya yaitu meliputi lomba nasyid, pidato, qiroatil qur’an, drama,
puisi dan lain sebagainya yang sifatnya Islami.
- Ziarah mengunjungi makam wali
Kegiatan ini diadakan sebelum datangnya bulan
Ramadhan.
·
Perencanaan
PHBI ( Peringatan Hari Besar Islam ) dilaksanakan guna memeriahkan dan
mengenang hari-hari bersejarah Islam misalnya Maulid Nabi, Isro’ Mi’roj dan
Tahun baru Islam 1 Muharrom.
D. Penentuan Jadwal Kegiatan
Jadwal adalah penetapan waktu untuk melaksanakan program-program
yang sudah di tentukan dan batas-batas waktu program harus disesuaikan dengan
program yang akan dilakukan dan sesuai dengan situasi yang berkembang.
Majelis Nurul Mubtadi-ien
ini memiliki
kegiatan yang terjadwal dan kegiatan yang masuk ke program itu, diantaranya yaitu:
-
2 kali pertemuan secara rutin untuk pengajian
atau pembahasan materi-materi islam dan pengkajian kitab-kitab untuk bapak-bapak
dan ibu-ibu setiap hari senin dan rabu pukul 19:30.
-
4 kali pertemuan untuk pengajian qur’an setiap
hari senin, selasa, rabu dan Jum’at pukul 18:30 dan pengkajian kitab pukul
19:30 setiap hari selasa, jum’at, dan minggu (pengajian anak-anak &
remaja).
-
Kegiatan Muhadhoroh setiap hari Sabtu pukul
19:30.
-
Pembacaan yasin, ratib, dan rawi setiap hari
Kamis pukul 19:00 (ba’da maghrib).
-
Kegiatan ekskul hadroh setiap dua minggu
sekali hari Minggu pukul 10:00.
-
Istighosah setiap 1 bulan sekali di minggu
ketiga pukul 02:00.
-
Pesantren kilat setiap liburan sekolah di
bulan Ramadhan.
-
Peringatan Hari Besar Islam Misalnya setiap tahun baru Islam
1 Muharram.
E. Menetapkan Prosedur ( Metode )
Prosedur adalah Metode atau cara yang digunakan dalam melaksanakan
suatu pekerjaan tanpa adanya sebuah metode yang digunakan di dalam pelaksanaan
majelis ta’lim maka dapat di khawatirkan pelaksanaan jalannya kegiatan akan
kacau. Adapun metode yang dapat digunakan diantaranya yaitu:
1. Mengadakan pengajian harian baik bapak-bapak dan ibu maupun anak-anak dan
remaja dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.
2. Mengadakan kegiatan muhadhoroh, pembacaan yasin, ratib, dan rawi metodenya
dengan dibuat jadwal petugas bergilir dimaksudkan agar santri secara
keseluruhan dapat terlatih berpidato layaknya da’i dan memimpin pembacaan
yasin, ratib, dan rawi layaknya para ustad.
3. Mengadakan Bakti Sosial metodenya mengatur pengurus untuk pembagian tugas
agar mengatur siapa saja yang berhak menerimanya.
4. Mengadakan kegiatan ekstrakulikuler seperti hadroh, marawis, qosidah
metodenya yaitu dengan memanggil atau mengundang guru dari luar untuk mengajarkan.
Hal ini dimaksudkan agar para santri selain pandai mengaji, mereka juga pandai
dalam bidang seni.
5. Mengadakan pesantren kilat pada bulan Ramadhan metodenya yaitu dengan diisi
kegiatan belajar mengajar seperti layaknya hidup di pesantren seperti shalat
berjama’ah 5 waktu, menghafal qur’an, pengajian kitab dan lain sebagainya. Hal
ini dimaksudkan agar para santri dapat mengisi waktu di bulan puasa dengan
kegiatan yang positif dan lebih bermanfaat.
6. Mengadakan lomba akhir tahun metodenya yaitu dengan dibuat panggung pentas
seni yang beraromakan islami seperti lomba nasyid, pidato, qiroatil qur’an,
drama, puisi yang tujuannya itu agar para santri dapat menampilkan bakatnya
masing-masing.
7. Mengadakan Perjalanan wisata Rohani metodenya mendatangi atau berziarah ke
makam para wali atau ke tempat-tempat seperti Masjid Istiqlal, Masjid Kubah
Emas dan lain sebagainya.
8. Mengadakan PHBI metodenya yaitu dengan penyampaian nilai-nilai ajaran islam
yang tujuannya agar kita senantiasa mengingat moment yang meningkatkan
kecintaan kita kepada islam.
F. Penentuan Anggaran Kegiatan
Budget ( anggaran ) adalah ongkos atau biaya yang akan dikeluarkan
dalam proses pelaksanaan organisasi, penentuan anggaran ini di maksudkan adalah
anggaran dalam kegiatan yang dilaksanakan selama kurun waktu 1 tahun.
Adapun sumber biaya dapat digali dan diperoleh
dari alokasi rutin dari kas, infak, donatur, atau dari hasil penjualan kalender hijriah.
MTNM mengeluarkan
anggaran perkiraan untuk kegiatan :
1.
Pengajian Harian diperlukan 800.000/bulan,
yang di gunakan untuk pengajar (ustadz).
2.
Bakti Sosial diperkirakan mengeluarkan 4.000.0000 untuk
uang tunai 50 % dan sembako 50 %. Di sesuaikan banyaknya pemasukan dari
donatur.
3.
Kegiatan ekstrakulikuler bagi yang mengikuti dikenakan biaya 15.000 setiap
pertemuannya.
4.
Lomba akhir tahun tidak ditentukan dengan pasti. Setiap pelaksanaan di
anggarkan.
5.
Perjalanan Wisata Rohani tidak pasti karena
sesuai dengan kondisi dan jamaah yang mau ikut serta saja.
6.
PHBI tidak ditentukan dengan pasti. Setiap
kegiatan 3.000.000-, setiap pelaksanaan di anggarkan.
Adapun sumber biaya dapat digali dan diperoleh
dari alokasi rutin dari kas, infak, donatur, atau dari hasil penjualan kalender hijriah.
G. Menentukan Tempat
Adapun tempat yang
dipakai untuk kegiatan majelis ini yaitu bersifat menetap. Sudah adanya tempat
khusus yang dibangun untuk kegiatan majelis ta’lim Nurul Mubtadi’ien.
[1] John M. Echlos, Kamus Inggris-Indonesia
(Jakarta: PT. Gramedia, 1995), h. 375.
[2]
Rosady Ruslan, Manajemen Humas
dan Manajemen Komunikasi (Konsepsi dan Aplikasi), (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 1999), ed. I, cet. Ke-2, h. 1-4.
[3] Manulang, Dasar-dasar Manajemen
(Jakarta: Galia Indonesia, 1996), h. 15.
[4]
Sondang P Siagian, Fungsi-fungsi
Manajerial (Jakarta: Bina Aksara, 1997), h. 24.
[5] http://roedijambi.wordpress.com/2012/12/22/mengenal-majelis-taklim/,
diakses pada tanggal 23/10/2014.
[6]
http://aniatih.blogspot.com/2014/03/pengertian-pemimpin-dan-kepemimpinan.html, diakses pada tanggal 29/10/2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar