Minggu, 28 Desember 2014

potret Majelis Ta'lim Nurul Mubtadi'ien

POTRET MAJELIS TA’LIM
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas UTS mata kuliah “Manajemen Majelis Ta’lim

Dosen Pembimbing :
Hj., Mastanah, M.SI

 








Disusun Oleh :
                                     Siti Khoeriyah                         : 1112053100033
                                    


JURUSAN MANAJEMEN HAJI DAN UMROH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
                                                2014



KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan begitu banyak nikmat kepada penulis sehingga pennulis dapat menyelesaikan tugas ini. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada suri teladan kita nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, dan kita selaku umatnya hingga akhir zaman nanti.
Penulis ingin  mengucapkan terima kasih kepada dosen Manajemen Majelis Ta’lim karena atas arahan dan bimbingannya, juga kepada semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Dan harapan Penulis tentunya adalah tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua pada umumnya dan bagi Penulis sendiri pada khususnya. Semoga tugas ini dapat membantu kita dalam memahami mata kuliah Manajemen Majelis Ta’lim.



                 


                                                                                                      Depok, 01 November  2014

                                                                                                    Penul


TUGAS 1
PENGERTIAN MANAJEMEN MAJELIS TA’LIM
Majelis taklim merupakan lembaga pendidikan tertua dalam Islam. Walaupun dahulu tidak disebut majelis taklim, namun pengajian Nabi Muhammad SAW berlangsung secara sembunyi-sembunyi. Di zaman Madinah, ketika Islam telah menjadi kekuatan nyata dalam masyarakat. Nabi Muhammad SAW duduk di Masjid Nabawi untuk memberikan pengajian kepada para sahabat yang dalam sejarah terkenal dengan Ashabus Shufa telah mengkhususkan dirinya untuk mendekati Nabi untuk mendapatkan pelajaran lebih banyak lagi. Tradisi Nabi semacam ini kemudian diteruskan oleh para sahabat, tabi'in, tabi' tabi'in dan seterusnya sampai generasi sekarang.
1.             Pengertian Manajemen
Menurut asal katanya, manajemen berasal dari bahasa Inggris yaitu management dari kata kerja to manage yang artinya mengurus, mengatur, melaksanakan dan mengelola.[1] Berikut ini akan dijelaskan beberapa definisi manajemen menurut para ahli, diantaranya:
a.       Menurut George R. Terry
Manajemen adalah merupakan sebuah proses yang khas, yang terdiri dari tindakan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.[2]



b.      Menurut M. Manulang
Mendefinisikan manajemen sebagai seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengerahan dan pengawasan sumber daya untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.[3]
c.       Menurut Sondang P Siagian
Manajemen adalah seni memperoleh hasil melalui berbagai kegiatan yang dilakukan oleh orang lain.[4]
Kesimpulan dari definisi-definisi diatas bahwa, manajemen yaitu aktivitas mengatur, mengarahkan, memimpin suatu kelompok orang untuk bekerja sama dalam suatu organisasi untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.
2.             Pengertian Majelis Ta’lim
Majelis taklim berasal dari dua suku kata, yaitu kata majlis dan kata ta’līm. Dalam bahasa Arab kata majlis (مجلس) adalah bentuk isim makan (kata tempat) dari kata kerja jalasa (جلس) yang berarti tempat duduk, tempat sidang, dan dewan(Munawwir, 1997: 202). Dengan demikian majelis adalah tempat duduk melaksanakan pengajaran atau pengajian agama Islam (Redaksi Ensiklopedi, 1994: 120). Sedangkan kata ta’līm (تعليم) dalam bahasa Arab merupakan masdardari kata kerja ‘allama (علم) yang mempunyai arti pengajaran (Redaksi Ensiklopedi, 1994: 1035). Dalam Kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa majelis adalah pertemuan atau perkumpulan orang banyak atau bangunan tempat orang berkumpul (Depdikbud RI, 1999:615).[5]
Dengan demikian majelis taklim dapat dipahami sebagai suatu institusi dakwah yang menyelenggarakan pendidikan agama yang bercirikan non-formal, tidak teratur waktu belajarnya, para pesertanya disebut jamaah, dan bertujuan khusus untuk usaha memasyarakatkan Islam (Siregar & Shofiuddin, 2003: 16). Secara sederhana dapat dikatakan bahwa majelis taklim adalah wadah atau tempat berlangsungnya kegiatan belajar dan mengajar atau pengajian pengetahuan agama Islam (Tim Editor, 2007: 237) atau tempat untuk melaksanakan pengajaran atau pengajian agama Islam.
3.             Pengertian Manajemen Majelis Ta’lim
Istilah manajemen majelis ta’lim terdiri dari dua komponen yaitu manajemen dan majelis ta’lim. Sebagaimana pengertian manajemen dan majelis ta’lim diatas, maka penulis mencoba untuk merumuskan pengertian manajemen majelis ta’lim yaitu sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang diterapkan oleh lembaga non formal Islam untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan sumber-sumber daya yang ada.








TUGAS 2
KEPEMIMPINAN
A.           Pengertian Kepemimpinan
Dalam suatu organisasi, kepemimpinan merupakan salah satu faktor utama yang mendukung kesuksesan organisasi dalam mencapai tujuan. Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai proses mempengaruhi suatu kelompok yang terorganisasi untuk mencapai tujuan bersama. Berikut ini akan dijelaskan beberapa definisi menurut para ahli, diantaranya yaitu:[6]
1.        George R. Terry (yang dikutip dari Sutarto, 1998 : 17)
Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seseorang atau pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerja secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
2.        Ordway Tead (1929)
Kepemimpinan sebagai perpaduan perangai yang memungkinkan seseorang mampu mendorong pihak lain menyelesaikan tugasnya.
3.      Kartini Kartono (1994 : 48)
Kepemimpinan itu sifatnya spesifik, khas, diperlukan bagi satu situasi khusus. Sebab dalam suatu kelompok yang melakukan aktivitas¬aktivitas tertentu, dan mempunyai suatu tujuan serta peralatan¬peralatan yang khusus. Pemimpin kelompok dengan ciri-ciri karakteristik itu merupakan fungsi dari situasi khusus.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.

    Gaya

Ciri-ciri

Otoriter

Laissez Faire

Demokratis

Situasional

a.    Wewenang mutlak berada pada pimpinan
b.    Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan
c.    Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan
d.   Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan
e.    Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahan dilakukan secara ketat
f.     Prakarsa harus selalu berasal dari pimpinan
g.    Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan atau pendapat
h.    Tugas-tugas dari bawahan diberikan secara instruktif
i.      Lebih banyak kritik dari pada pujian
j.      Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat
k.    Pimpinan menuntut kesetiaan tanpa syarat
l.      Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman
m.  Kasar dalam bersikap
n.    Tanggung jawab dalam keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan
a.    Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan
b.    Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan
c.    Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan
d.   Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan
e.    Kepentingan pribadi lebih penting dari kepentingan kelompok
f.     Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan
g.    Hampir tidak ada pengawasan terhadap tingkah laku
h.    Prakarsa selalu berasal dari bawahan
i.      Hampir tidak ada pengarahan dari pimpinan
j.      Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok
k.    Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh perseorangan
a.   Wewenang pimpinan tidak mutlak
b.   Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan
c.   Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
d.  Komunikasi berlangsung timbal balik
e.   Pengawasan dilakukan secara wajar
f.    Prakarsa datang dari bawahan
g.   Banyak kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan saran dan pertimbangan
h.   Tugas-tugas dari bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan daripada instruktif
i.     Pujian dan kritik seimbang
j.     Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas masing-masing
k.   Pimpinan kesetiaan bawahan secara wajar
l.     Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak
m. Tercipta suasana  saling percaya, saling hormat menghormati, dan saling menghargai
n.   Tanggung jawab keberhasilan organisasi ditanggung secara bersama-sama.

a.     Supel atau luwes
b.     Berwawasan luas
c.     Mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan
d.    Mampu menggerakkan bawahan
e.     Bersikap keras pada saat tertentu
f.      Berprinsip dan konsisten terhadap suatu masalah
g.     Mempunyai tujuan yang jelas
h.     Bersikap terbuka bila menyangkut bawahan
i.       Mau membantu memecahkan permasalahan bawahan
j.       Mengutamakan suasana kekeluargaan
k.     Berkomunikasi dengan baik
l.       Mengutamakan produktivitas kerja
m.   Bertanggung jawab
n.     Mengutamakan kepentingan bersama
o.     Mau menerima saran dan kritik dari bawahan
p.     Mengetahui kelebihan dan kekurangan bawahan
q.     Mau memberikan tanggung jawab kepada bawahan


A.           Kesimpulan:
1.    Perbedaan masing-masing gaya
a.       Dimulai dari gaya kepemimpinan yang otoriter atau otokrasi. Pemimpin dalam gaya kepemimpinan ini dapat dikatakan sebagai pengendali semua kegiatan. Pemimpin memaksakan kehendaknya pada anggotanya, sehingga seluruh anggota harus selalu mengikuti apapun yang diperintahkan oleh pemimpin. Gaya kepemimpinan ini cocok untuk anggota yang memiliki kompetensi rendah tapi komitmennya tinggi.
b.      Sedangkan gaya kepemimpinan laissez faire, pemimpin cenderung pasif dan menyerahkan seluruh tugas kepada anggota. Anggota diberikan kebebasan sepenuhnya dalam melaksanakan segalanya sehingga tidak terkontrol. Gaya kepemimpinan ini cocok untuk angggota yang memiliki kompetensi dan komitmen tinggi.
c.       Adapun gaya kepemimpinan demokratis, anggota lebih mempunyai peranan lebih besar. Karena disini pemimpin memberikan kebebasan untuk para anggota untuk berpendapat dan dalam menyelesaikan suatu masalah. Pemimpin dalam gaya kepemimpinan ini hanya bertugas mengarahkan, membimbing, dan mengawas. Gaya kepemimpinan ini cocok untuk anggota yang memiliki kompetensi tinggi dengan komitmen yang bervariasi.
d.      Dan yang terakhir gaya kepemimpinan situasional, pemimpin dalam gaya kepemimpinan ini bertindak dengan melihat kondisi dan situasinya terlebih dahulu. Sehingga suatu tindakan dapat berjalan diluar rencana karena dilihat dari situasi. Gaya kepemimpinan ini cocok untuk anggota yang memiliki kompetensi sedang dengan komitmen yang bervariasi.
2.    Kelebihan dan kekurangan
a.       Otoriter
Kelebihan model kepemimpinan ini ada di pencapaian prestasinya. Tidak ada satupun tembok yang mampu menghalangi langkah pemimpin ini. Ketika dia memutuskan suatu tujuan, itu adalah harga mati, tidak ada alasan, yang ada adalah hasil. Langkah – langkahnya penuh perhitungan dan sistematis, Ketepatan serta ketegasan dalam pembuatan keputusan dan bertindak sehingga untuk sementara mungkin produktivitas dapat naik, keputusan dapat diambil secara cepat dan mudah dilakukan pengawasan.
Kekurangan Suasana kaku, tegang, mencekam, menakutkan sehingga dapat berakibat lebih lanjut timbulnya ketidak puasan. Merusak moral, meniadakan inisiatif, menimbulkan permusuhan, agresivitas, keluhan, absen, pindah, dan tidak puas, Pemimpin yang otoriter tidak menghendaki rapat atau musyawarah, setiap perbedaan diantara anggota kelompoknya diartikan sebagai kelicikan, pembangkangan, atau pelanggaran disiplin terhadap perintah atau instruksi yang telah diberikan inisiatif dan daya pikir anggota sangat dibatasi, sehingga tidak diberikan kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya dan pengawasan bagi pemimpin yang otoriter hanyalah berarti mengontrol, apakah segala perintah yang telah diberikan ditaati atau dijalankan dengan baik oleh anggotanya.
b.      Laissez Faire
Kelebihan, Keputusan berdasarkan keputusan anggota, Tidak ada dominasi dari pemimpin.
Kekurangan, Pemimpin sama sekali tidak memberikan control dan koreksi terhadap pekerjaan bawahannya, Pembagian tugas dan kerja sama diserahkan sepenuhnya kepada bawahannya tanpa petunjuk atau saran – saran dari pemimpin. Dengan demikian mudah terjadi kekacauan – kekacauan dan bentrokan – bentrokan, Tingkat keberhasilan anggota dan kelompok semata – mata disebabkan karena kesadaran dan dedikasi beberapa anggota kelompok, dan bukan karena pengaruh dari pemimpin.
c.     Demokratis
Kelebihan gaya kepemimpinan demokratis dapat menampung aspirasi dan keinginan bawahan sehingga dapat menumbuhkan rasa memiliki terhadap organisasi pada umumnya dan pekerjaan pada khususnya. Kelemahan gaya kepemimpinan yang demokratis cenderung menghasilkan keputusan yang disukai daripada keputusan yang tepat.
Kekurangan dari kepemimpinan demokratis adalah, karena di sini seorang pemimpin memberikan kesempatan dan hak yang seluas-luasnya kepada para stafnya, maka mereka  memiliki banyak sekali  pendapat yang berbeda,sehingga pemimpin sulit menentukan pendapat yang sesuai dengan anggota yang tidak menyetujui kesepakatan forum yang ada, maka terkadang terjadi suatu konflik atau perdebatan antara anggota forum dengan sehingga Proses pengambilan keputusan akan memakan waktu yang lebih banyak serta sulitnya pencapaian kesepakatan.
d.      Situasional
Kelebihan dari kepemimpinan ini yaitu improvisasi dengan suatu keadaan, sehingga dapat sesuai dengan kondisinya.
Kekurangan, butuh waktu untuk memikirkan tindakan apa yang akan diambil dan pada akhirnya berjalan diluar rencana. 
B.            Implementasi gaya-gaya tersebut pada MT di Indonesia
Berdasarkan gaya-gaya kepemimpinan yang telah dijelaskan diatas, maka menurut penulis pemimpin yang paling cocok untuk diterapkan di majelis ta’lim  adalah orang yang bertipe kepemimpinan situasional. Karena pemimpin dengan tipe ini akan dengan mudah diterima oleh jama’ah yang pada kenyataannya sangat beragam. Jama’ah memerlukan seorang pemimpin yang dapat mengayomi dan tidak kaku, sehingga pembicaraannya pun dapat diterima oleh lapisan sosial mana pun.









TUGAS 3
POTRET MAJELIS TA’LIM NURULMUBTADI-IEN (MTNM)
A.          Sejarah Berdirinya MTNM
Majelis ta’lim ini didirikan pada tahun 2007, yang diprakarsai oleh Ust. Drs. Moh. Hariruddin. Beliau adalah salah seorang tokoh masyarakat yang memiliki perhatian besar terhadap kondisi masyarakat khususnya para pemuda-pemudi calon penerus bangsa terhadap agama Islam. Melihat kegiatan para pemuda yang hanya duduk atau nongkrong-nongkrong tidak jelas setiap harinya, maka dari situlah ust. Harir jadi memiliki inisiatif untuk mengubah kegiatan para remaja-remaja itu menjadi suatu kegiatan yang bermanfaat yaitu mengaji.
Awalnya majelis ini hanyalah pengajian biasa yang diadakan rutin di rumah kediaman Ust. Drs. Moh. Hariruddin. Kegiatannya pun hanya pengajian qur’an. Dan saat itu santrinya baru ada 7-10 orang. Yang kemudian meningkat dengan adanya kesadaran para orang tua yang ingin menitipkan anak-anaknya untuk belajar mengaji pula. Semakin bertambahnya santri dan melihat tempat yang kurang mencukupi, akhirnya pada tahun 2009 dibuatlah sebuah gedung yang memang dikhususkan untuk kegiatan para santri. Adapun keuangannya saat itu di dapat dengan cara mengedarkan lis atau mendatangi rumah para donatur. Singkat cerita, usai gedung ini dibangun kemudian diberi nama Majelis Ta’lim Nurul Mubtadi-ien (MTNM).
B.          Program MTNM
Beberapa program yang tersedia di MTNM diantaranya yaitu:
1.        Program Harian
Kegiatannya yaitu meliputi sholat berjama’ah, pengajian qur’an dan pengajian kitab.

2.        Program Mingguan
Kegiatannya yaitu meliputi pembacaan yasin dan rawi yang diadakan setiap hari Kamis (malam).
3.        Program Tahunan
Kegiatannya yaitu meliputi PHBI (Peringatan Hari Besar Islam).
C.          Struktur Pengurus MTNM periode 2014-2015
Pengasuh                     : Ust. Drs. Moh. Hariruddin
Ketua                          : Wahyu Hidayat
Wakil Ketua                : Imam Dahuri
Sekretaris I                  : Lukluil Azizah
Sekretaris II                : Abu Dzar al-Ghifari
Bendahara I                : Doni Guntara
Bendahara II               : Moh. Qori Hikmawan
Sie. Keamanan            :                                               Sie. Perlengkapan        :
1.    Misbahul H                                                           1.  Reza P
2.    Rahadi                                                                  2.  Rehan
3.    Bagus S                                                                3.  Dika
4.    Jay Rony                                                               4.  Rizki
5.    Sarah SM                                                              5.  Fajar
6.    Asri F
Sie. Kebersihan           :                                               Sie. Kesenian              :
1.    Abdul Hadi                                                          1.  Ahmad F
2.    Taufik H                                                               2.  Agus Salim
3.    Ahmad A                                                              3.  Rosyana
4.    Melani O                                                               4.  Khusnul K
5.    Friska                                                                    5.  Anis Munika
6.    Devi R
Sie. Humas                  :                                               Sie. Umum                  :
1.    Afif Anggara                                                        1. Sukma
2.    Gilang R                                                               2. Sofyan
3.    Suci R                                                                   3. Naven Prayoga
4.    Meta Wati
D.    Rancangan Kegiatan Operasional (RKO)
A.      Perkiraan Program Majelis Taklim
Perkiraan adalah suatu prediksi tentang kemugkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Perencanaan majelis ta’lim itu sendiri terbagi menjadi perencanaan harian, perencanaan mingguan, perencanaan dwimingguan, perencanaan bulanan. Perencanaan tahunan, perencanaan hari hari besar. Berikut penjelasannya:
·         Perencanaan Harian, agendanya antara lain:
-       2 kali pertemuan secara rutin untuk pengajian atau pembahasan materi-materi islam dan pengkajian kitab-kitab untuk bapak-bapak dan ibu-ibu.
-       4 kali pertemuan untuk pengajian qur’an dan pengkajian kitab untuk anak-anak dan remaja.
·         Perencanaan Mingguan, agendanya antara lain:
-    Acara mingguan yaitu diisi dengan kegiatan Muhadloroh dan pembacaan yasin, ratib rawi.
·         Perencanaan Dwimingguan, agendanya antara lain:
-       Adanya kegiatan ekstrakulikuler seperti seni baca Al-Qur’an, kaligrafi, seni hadroh, qasidah dan marawis.
·         Perencanaan bulanan, agendanya antara lain:
-       Bakti Sosial: menyantuni anak yatim piatu, fakir miskin dan jompo di sekitar lingkungan majelis taklim.
-       Istighosah
·         Perencanaan tahunan. Agendanya antara lain:
-    Pesantren kilat
-    Lomba akhir tahun
-    Ziarah mengunjungi makam wali
·         Perencanaan PHBI ( Peringatan Hari Besar Islam ) dilaksanakan guna memeriahkan dan mengenang hari-hari bersejarah Islam seperti Maulid Nabi, Isro’ Mi’roj dan Tahun baru Islam 1 Muharrom.
B.      Menetapkan Tujuan
Tujuan adalah hasil akhir yang ingin dicapai oleh sebuah organisasi. Misalnya, terciptanya individu masyarakat yang bertaqwa kepada Allah SWT, mengembangkan Bakat dan menambah pengetahuan serta wawasan, terciptanya kondisi kehidiupan kemasyarakatan yang baik melalui aktualisasi potensi umat untuk kejayaan islam dan umat islam.
Visi:
-     Melestarikan Nilai-Nilai Klasik Yang Baik dan Mengambil Nilai-Nilai Baru Yang Lebih Baik
Misi:
-     Menciptakan Generasi Yang Berakhlakul Karimah
-     Berilmu Intelektual
-     Mau Mengerjakan Perintah Dan Menjauhi Larangan Allah Swt
Tujuan:
-     Terciptanya individu masyarakat yang bertaqwa kepada Allah SWT
-     Mengembangkan Bakat dan menambah pengetahuan serta wawasan
-     Terciptanya kondisi kehidupan kemasyarakatan yang baik melalui aktualisasi potensi umat untuk kejayaan islam dan umat islam.
C.      Penentuan Program
Program adalah rancangan-rancangan kegiatan yang akan dilakukan oleh sebuah organisasi di dalam program juga ditentukan mana yang harus lebih dulu di prioritaskan. Tujuannya yakin menggerakan kelembagaan islam secara efektif, sehingga menanamkan dan memupuk akidah islamiyah serta menjalankan syariat islamiyah. Maka yang harus di prioritaskan adalah kegiatan pengajian rutin untuk membentuk mental jamaah agar senantiasa istiqomah di jalan Allah dan menerapkan apa yang di ajarkan ke dalam kehidupan sehari-hari.
·         Perencanaan Harian, agendanya antara lain:
-       2 kali pertemuan secara rutin untuk pengajian atau pembahasan materi-materi islam dan pengkajian kitab-kitab untuk bapak-bapak dan ibu-ibu yang dipimpin oleh guru kita Ust. Drs. Moh. Hariruddin.
-       4 kali pertemuan untuk pengajian qur’an dan pengajian kitab untuk anak-anak dan remaja. Agar pengajian bisa dilakukan dengan rapi dan teratur, maka pada saat pengajian qur’an diterapkanlah sistem bagi kelompok seperti kelompok iqra dipisah dengan kelompok al-Qur’an. Untuk yang al-Qur’an diajarkan langsung oleh guru kita Ust. Drs. Moh. Hariruddin, sedangkan yang iqra bisa dibantu diajarkan juga oleh santri yang sudah al-Qur’an. Adapun pengajian kitab tetap diajarkan oleh Ust. Drs. Moh. Hariruddin.
·         Perencanaan Mingguan, agendanya antara lain:
-    Acara mingguan yaitu diisi dengan kegiatan Muhadloroh dan pembacaan yasin, ratib dan rawi. Untuk kegiatan ini bisa dilakukan dengan pembuatan jadwal petugas bergilir. Karena dalam kegiatan muhadloroh ini tidak hanya sekedar acara berpidato saja, tetapi ada susunan acara lainnya seperti pembacaan qur’an, shalawat dustur, hiburan, dan lainnya sehingga membutuhkan jadwal agar seluruh santri dapat merasakan dan terlatih bagaimana bertugas membaca qur’an, shalawat dustur dan lainnya, termasuk menjadi MC nya. Begitu pula dengan kegiatan pembacaan yasin, ratib dan rawi di malam jum’at sama seperti kegiatan muhadhoroh.
·         Perencanaan Dwimingguan, agendanya antara lain:
-       Adanya kegiatan ekstrakulikuler seperti seni baca Al-Qur’an, kaligrafi, seni hadroh, qasidah dan marawis.
·         Perencanaan bulanan, agendanya antara lain:
-       Bakti Sosial: menyantuni anak yatim piatu, fakir miskin dan jompo di sekitar lingkungan majelis taklim.
-       Istighosah
Kegiatan ini dilakukan bersama-sama di majelis dengan dipimpin oleh Ust. Drs. Moh. Hariruddin. Agar seluruhnya bisa mengikuti, maka disarankan malamnya untuk menginap di Majelis.
·         Perencanaan tahunan. Agendanya antara lain:
-    Pesantren kilat
Kegiatan ini diadakan setiap hari libur sekolah di bulan Ramadhan. Yang kegiatannya  itu sama seperti yang dilakukan di pesantren-pesantren pada umumnya, yaitu seperti shalat berjama’ah, mengaji kitab, menghafal, buka puasa bersama, dan lain sebagainya.
-    Lomba akhir tahun
Kegiatan ini diadakan setahun sekali di akhir tahun. Acaranya yaitu meliputi lomba nasyid, pidato, qiroatil qur’an, drama, puisi dan lain sebagainya yang sifatnya Islami.
-    Ziarah mengunjungi makam wali
Kegiatan ini diadakan sebelum datangnya bulan Ramadhan.
·         Perencanaan PHBI ( Peringatan Hari Besar Islam ) dilaksanakan guna memeriahkan dan mengenang hari-hari bersejarah Islam misalnya Maulid Nabi, Isro’ Mi’roj dan Tahun baru Islam 1 Muharrom.
D.      Penentuan Jadwal Kegiatan
Jadwal adalah penetapan waktu untuk melaksanakan program-program yang sudah di tentukan dan batas-batas waktu program harus disesuaikan dengan program yang akan dilakukan dan sesuai dengan situasi yang berkembang.
Majelis Nurul Mubtadi-ien ini memiliki kegiatan yang terjadwal dan kegiatan yang masuk ke program itu, diantaranya yaitu:
-          2 kali pertemuan secara rutin untuk pengajian atau pembahasan materi-materi islam dan pengkajian kitab-kitab untuk bapak-bapak dan ibu-ibu setiap hari senin dan rabu pukul 19:30. 
-          4 kali pertemuan untuk pengajian qur’an setiap hari senin, selasa, rabu dan Jum’at pukul 18:30 dan pengkajian kitab pukul 19:30 setiap hari selasa, jum’at, dan minggu (pengajian anak-anak & remaja).
-          Kegiatan Muhadhoroh setiap hari Sabtu pukul 19:30.
-          Pembacaan yasin, ratib, dan rawi setiap hari Kamis pukul 19:00 (ba’da maghrib).
-          Kegiatan ekskul hadroh setiap dua minggu sekali hari Minggu pukul 10:00.
-          Istighosah setiap 1 bulan sekali di minggu ketiga pukul 02:00.
-          Pesantren kilat setiap liburan sekolah di bulan Ramadhan.
-          Peringatan Hari Besar Islam Misalnya setiap tahun baru Islam 1 Muharram.
E.      Menetapkan Prosedur ( Metode )
Prosedur adalah Metode atau cara yang digunakan dalam melaksanakan suatu pekerjaan tanpa adanya sebuah metode yang digunakan di dalam pelaksanaan majelis ta’lim maka dapat di khawatirkan pelaksanaan jalannya kegiatan akan kacau. Adapun metode yang dapat digunakan diantaranya yaitu:
1.      Mengadakan pengajian harian baik bapak-bapak dan ibu maupun anak-anak dan remaja dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab.
2.      Mengadakan kegiatan muhadhoroh, pembacaan yasin, ratib, dan rawi metodenya dengan dibuat jadwal petugas bergilir dimaksudkan agar santri secara keseluruhan dapat terlatih berpidato layaknya da’i dan memimpin pembacaan yasin, ratib, dan rawi layaknya para ustad.
3.      Mengadakan Bakti Sosial metodenya mengatur pengurus untuk pembagian tugas agar mengatur siapa saja yang berhak menerimanya.
4.      Mengadakan kegiatan ekstrakulikuler seperti hadroh, marawis, qosidah metodenya yaitu dengan memanggil atau mengundang guru dari luar untuk mengajarkan. Hal ini dimaksudkan agar para santri selain pandai mengaji, mereka juga pandai dalam bidang seni.
5.      Mengadakan pesantren kilat pada bulan Ramadhan metodenya yaitu dengan diisi kegiatan belajar mengajar seperti layaknya hidup di pesantren seperti shalat berjama’ah 5 waktu, menghafal qur’an, pengajian kitab dan lain sebagainya. Hal ini dimaksudkan agar para santri dapat mengisi waktu di bulan puasa dengan kegiatan yang positif dan lebih bermanfaat.
6.      Mengadakan lomba akhir tahun metodenya yaitu dengan dibuat panggung pentas seni yang beraromakan islami seperti lomba nasyid, pidato, qiroatil qur’an, drama, puisi yang tujuannya itu agar para santri dapat menampilkan bakatnya masing-masing.
7.      Mengadakan Perjalanan wisata Rohani metodenya mendatangi atau berziarah ke makam para wali atau ke tempat-tempat seperti Masjid Istiqlal, Masjid Kubah Emas dan lain sebagainya.
8.      Mengadakan PHBI metodenya yaitu dengan penyampaian nilai-nilai ajaran islam yang tujuannya agar kita senantiasa mengingat moment yang meningkatkan kecintaan kita kepada islam.
F.      Penentuan Anggaran Kegiatan
Budget ( anggaran ) adalah ongkos atau biaya yang akan dikeluarkan dalam proses pelaksanaan organisasi, penentuan anggaran ini di maksudkan adalah anggaran dalam kegiatan yang dilaksanakan selama kurun waktu 1 tahun.
Adapun sumber biaya dapat digali dan diperoleh dari alokasi rutin dari kas, infak, donatur, atau dari  hasil penjualan kalender hijriah.
MTNM mengeluarkan anggaran perkiraan untuk kegiatan :
1.      Pengajian Harian diperlukan 800.000/bulan, yang di gunakan untuk pengajar (ustadz).
2.      Bakti Sosial diperkirakan mengeluarkan 4.000.0000 untuk uang tunai 50 % dan sembako 50 %. Di sesuaikan banyaknya pemasukan dari donatur.
3.      Kegiatan ekstrakulikuler bagi yang mengikuti dikenakan biaya 15.000 setiap pertemuannya.
4.      Lomba akhir tahun tidak ditentukan dengan pasti. Setiap pelaksanaan di anggarkan.
5.      Perjalanan Wisata Rohani tidak pasti karena sesuai dengan kondisi dan jamaah yang mau ikut serta saja.
6.      PHBI tidak ditentukan dengan pasti. Setiap kegiatan 3.000.000-, setiap pelaksanaan di anggarkan.
Adapun sumber biaya dapat digali dan diperoleh dari alokasi rutin dari kas, infak, donatur, atau dari  hasil penjualan kalender hijriah.
G.     Menentukan Tempat
Adapun tempat yang dipakai untuk kegiatan majelis ini yaitu bersifat menetap. Sudah adanya tempat khusus yang dibangun untuk kegiatan majelis ta’lim Nurul Mubtadi’ien.


[1] John M. Echlos, Kamus Inggris-Indonesia (Jakarta: PT. Gramedia, 1995), h. 375.
[2] Rosady Ruslan, Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi (Konsepsi dan Aplikasi), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), ed. I, cet. Ke-2, h. 1-4.
[3] Manulang, Dasar-dasar Manajemen (Jakarta: Galia Indonesia, 1996), h. 15.
[4] Sondang P Siagian, Fungsi-fungsi Manajerial (Jakarta: Bina Aksara, 1997), h. 24.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar